12 June 2011

Suporter Terafiliasi

Persebaya 1927 berhasil mengakhiri putaran pertama kompetisi Liga Primer Indonesia dengan menduduki peringkat pertama. Anak asuh Aji Santoso ini menunjukkan permainan yang meyakinkan, mengingatkan pada gaya permainan di era 1997 saat Persebaya diasuh Rusdi Bahalwan.

Namun di luar pencapaian manis itu, manajemen Persebaya 1927 menyisakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait persoalan suporter. Sejumlah Bonek, suporter Persebaya, melakukan aksi protes terhadap manajemen di stadion. Spanduk hujatan untuk Llano Mahardika, CEO Persebaya 1927, sempat terbentang dalam setiap laga kandang sejak April silam. Bahkan, Bonek juga sempat berunjuk rasa di depan Wisma Eri Irianto.

"Kami cinta Persebaya, bukan cinta pengurusnya," kata Badi Fals, salah satu Bonek asal Pasuruan. Aksi protes itu dilakukan karena Bonek merasa kurang dihargai manajemen.

Kemarahan Bonek dipicu munculnya Pendukung Persebaya (PP), sebuah unit suporter yang terafiliasi langsung dengan klub. Pambudi Wiratama, administrator Bonek News, mengatakan, Bonek menilai manajemen hendak menghapus nama 'Bonek'. Aksi protes yang dilakukan Bonek terhadap Llano, menurut Pambudi, adalah ungkapan rasa cinta kepada Persebaya. "Ini Surabaya. Watak keras, tapi tujuan kami baik," katanya.

Pembentukan Pendukung Persebaya akhirnya diurungkan. Sebagaimana diberitakan beritajatim.com,� Jumat (6/5/2011) lalu, Llano Mahardika menyatakan, sebenarnya program Pendukung Persebaya sudah dihentikan untuk sementara. "Perasaan sudah dipending deh," katanya saat itu.

Terlepas dari kontroversi yang muncul, saya berpendapat, pembentukan unit suporter terafiliasi sebagai bagian langsung di bawah klub adalah sebuah keniscayaan. Kontroversi tidak boleh memadamkan program pembentukan unit ini. Namun manajemen Persebaya harus belajar untuk berdialog dengan semua elemen Bonek. Elemen-elemen Bonek pun tak boleh memaksakan pendapat dengan jurus 'pokoknya'.

Unit afiliasi suporter di bawah manajemen klub sudah jamak ditemui di klub-klub profesional di Eropa. Unit afiliasi ini berbeda dengan elemen suporter yang dibentuk secara mandiri. Di Inggris, elemen atau komunitas suporter yang dibentuk sendiri disebut firm (the firm). Setiap klub di Inggris punya firma, sebut saja Headhunters (Chelsea), Red Army (Manchester United), atau Yid Army (Tottenham Hotspur). Kelompok firma ini beragam, dan satu klub bisa memiliki banyak firma. Mereka tak punya hubungan resmi dan di luar kontrol manajemen klub. Kelompok-kelompok firma ini sangat berpotensi melakukan aksi kekerasan dan kerusuhan.

Keanggotaan unit afiliasi suporter bukan perwakilan kelompok atau elemen suporter, melainkan individu. Siapapun bisa menjadi anggota unit afiliasi suporter dengan mendaftarkan diri. Anggota unit afiliasi ini memiliki sejumlah keuntungan, misalkan potongan harga untuk pembelian tiket terusan, potongan harga untuk pembelian pernik-pernik atribut klub, atau dengan mudah bisa memiliki akses hubungan dengan pemain idola.

Klub memiliki keuntungan berupa bank data suporter. Di bawah unit afiliasi suporter ini, manajemen klub bisa memantau para pendukung, sekaligus melakukan eksklusi terhadap oknum suporter yang cenderung berbuat kekerasan (hooligans). Keuntungan lainnya, unit terafiliasi ini tidak bisa dengan mudah digunakan untuk kepentingan di luar sepakbola, seperti kampanye kelompok politik tertentu sebagaimana yang ditemui di beberapa kelompok suporter saat pemilu tiba.

Dengan unit ini, klub bisa memberangkatkan pendukung saat melakukan laga tandang (away). Ini mempermudah pengamanan dan menciptakan kenyamanan para pendukung sendiri. Klub juga bisa bertanggungjawab terhadap mereka.

Selama ini, di Indonesia, kelompok suporter sepakbola cenderung berangkat mengiringi laga away secara swadana tanpa sepengetahuan manajemen klub yang didukung. Model seperti ini memiliki kelemahan. Rombongan away dalam jumlah besar yang tak terkoordinasi mudah disusupi elemen non-suporter yang hanya memanfaatkan kerumunan massa untuk keuntungan sendiri.

Jika Persebaya 1927 mampu membangun unit suporter terafiliasi, maka ini akan menjadi teladan bagi seluruh klub di Indonesia. Namun, tentunya manajemen Persebaya 1927 harus menghilangkan persoalan komunikasi dengan elemen-elemen (firma) Bonek yang selama ini ada.

Satu hal yang mungkin bisa diakomodasi tetap digunakannya nama Bonek sebagai bagian dari nama unit terafiliasi itu. Dengan demikian, para pendukung Persebaya tidak merasa unit suporter terafiliasi ini ahistoris.

Namun di sisi lain, para elemen (firma) Bonek di luar manajemen juga harus memahami, bahwa keanggotaan unit afiliasi ini bersifat individu bukan kelompok. Anggota elemen-elemen Bonek bisa mendaftarkan diri dalam unit terafiliasi ini, tanpa harus membawa nama elemen.

Unit ini boleh jadi dikelola oleh orang di luar komunitas suporter. Namun yang terang, orang yang dipercaya mengelolanya adalah orang yang memahami sosiologi dan psikologi suporter klub bersangkutan. Saya sendiri cenderung unit suporter terafiliasi dipimpin dan dikelola oleh orang di luar komunitas Bonek yang sudah ada selama ini. Ini untuk menghindari favoritisme atau kecemburuan di antara komunitas.

Jadi, selamat datang unit suporter terafiliasi! [wir]

No comments: