29 December 2008

Bapak Masuk Rumah Sakit

Ayahku masuk rumah sakit. Minggu dinihari, Bapak mengalami kesakitan teramat sangat di dada. Napasnya sesak. Ia membangunkan Ibu. Bapak harus ke Instalasi Rawat darurat untuk diobservasi. Bahasa awam, jantung Bapak kekurangan pasokan oksigen. Ini bisa disebabkan karena pembuluh darah menuju jantung tersumbat.

Tidak ditemukan hasil negatif dalam pemeriksaan darah dan sebagainya. Bapak diizinkan pulang. Dalam perjalanan pulang, aku sempat menelponnya, dan ia tertawa-tawa. "Wong gak apa-apa begini, Lho," katanya.

Namun, Minggu malam, Bapak terserang rasa sakit yang lebih hebat lagi. Tak ada yang tahu Bapak kesakitan saat itu. Semua tidur. Adikku, Arif Budi Wicaksono, yang hendak salat Isya yang menemukan Bapak tengah kesakitan. Pipit, adikku yang bungsu, bilang, Bapak sempat tak sadarkan diri.

Bapak kembali harus masuk RSUD dr. Sutomo. Ada kemungkinan, ia mengalami penyakit jantung koroner.

Observasi tak menemukan apapun. Akhirnya, adikku, Kiki, yang juga seorang dokter, memutuskan Bapak masuk ke Graha Rawat Inap Utama (Griu). Kami takut Bapak mendadak anfaal lagi.

Bapak setahuku tak punya riwayat penyakit jantung. Tapi entahlah. Usia Bapak sudah 60 tahun pada 5 Desember 2008. Siapa yang tahu penyakit orang tua?

Aku, Heni, dan dua anak kami berangkat ke Surabaya Senin siang, 29 Desember. Selasa, 30 Desember, Bapak harus menjalani pemeriksaan lebih serius. Kiki mengatakan, ada kemungkinan dada Bapak harus dibelah. (*)

No comments: