Demi Jualan Pagi, PKL Jember Berpuisi
Setelah selama satu bulan berjualan sejak pukul 14.00 hingga malam hari, pedagang kaki lima di jalan Untung Suropati meminta berjualan sejak pagi. Namun, Pemerintah Kabupaten Jember menolak dengan tegas.
"Saya sudah mencoba tidak berjualan sejak pagi. Namun kondisinya memprihatinkan. Kami tidak dapat penglaris (tidak laku). Kami mengemis kepada eksekutif agar diberi keleluasaan bisa berjualan pagi sampai dengan malam," kata Irfan SyafiĆ¢€™i, Ketua Paguyuban PKL Untung Suropati, Kamis (31/1/2008).
Keinginan itu disampaikan dalam dengar pendapat antara Komisi B DPRD Jember dan Tim Penataan PKL, di gedung dewan. Ini pertemuan kesekian untuk membahas masalah PKL.
Sejak akhir Desember memang sudah ada kesepakatan, para pedagang itu membuka dagangan sejak pukul 14.00 hingga malam hari. Achmad Sudiyono, seorang PKL, membacakan puisi di depan para pejabat Pemkab dan anggota dewan yang terhormat, untuk memikat hati mereka.
"Hari ini hari Kamis. Kami pedagang kaki lima datang menghadap, meminta, dan mengemis. Kepada anggota Dewan dan Tim Penataan PKL yang duduk manis. Agar pendapatan kami harmonis," kata Sudiyono.
Mengapa pendapatan PKL menurun? Moch. Harry, seorang pedagang, menyodorkan alasan. "Sebagian besar PKL Untung Suropati berdagang konveksi. Pangsa pasar kami adalah orang-orang desa yang belanja pagi hari, dan membeli dagangan jika ada sisa uang setelah berbelanja," katanya.
Harry juga pesimis dengan konsep panggung hiburan untuk memikat pengunjung agar datang di malam hari. "Tidak mengena. Waktu pelaksanaan BBJ (Bulan Berkunjung Jember) juga sudah ada panggung hiburan. Tapi tidak berdampak pada omzet kami. Malah yang datang orang mabuk dan PSK," katanya.
Asisten II Pemkab Jember Moch. Fadallah dengan tegas menolak permintaan tersebut. "Saya tidak bisa memenuhi keinginan panjenengan. Kita juga harus adil kepada yang lain. Ini supaya Anda menyadari, bahwa anda berjualan di kawasan terlarang," katanya.
Menurut Fadallah, Pemkab juga harus memperhatikan kepentingan warga kota lainnya, seperti pemilik toko yang terhalang oleh keberadaan PKL dan pemakai jalan. Ia meminta PKL juga menyadari kepentingan umum.[wir/sit]
31 January 2008
Labels: Ekonomi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment